Syariat Allah adalah Cahaya, Sedangkan Demokrasi adalah Kegelapan!


Sesungguhnya syarīat Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah cahaya, sedangkan Demokrasi adalah sebuah kegelapan. Syarīat Allah percaya bahwa “mencegah itu lebih baik daripada mengobati”.

Sedangkan Demokrasi disisi lain percaya bahwa “kami akan menemukan obat nanti, maka nikmatilah untuk saat ini”. Dan yang tidak kalah mengerikan dari para pejabat pemerintahan yang menerapkan sistem Demokrasi ini adalah:

➟ Mereka membolehkan minuman keras (miras), lalu mereka mengeluarkan uang untuk iklan ‘Don‘t drink and drive‘.

➟Mereka membolehkan rokok, kemudian mereka mengeluarkan uang untuk iklan ‘Smoking kills‘.

➟ Mereka mengubah wanita menjadi objek seks dan kemudian mereka mengadakan konferensi ‘Respect her as a human‘.

➟ Mereka memboleh pornografi dimana-mana, lalu mereka mengatakan seperti ‘Lindungi anakmu dari pornografi di internet‘.

➟ Mereka membuat hidup semuanya tentang materialisme dan kemudian mereka bertanya, ‘kenapa mayoritas penduduk mereka berada pada ‘anti-depressan‘.

➟ Mereka membolehkan suku bunga (riba), kemudian mereka bertanya-tanya kenapa begitu banyak orang yang tunawisma.

➟ Mereka membolehkan masyarakat mereka menjadi hiperseksual, lalu mereka bertanya-tanya bagaimana bisa anak 8 tahun memperkosa anak 6 tahun atau peristiwa lain yang semacamnya.

➟ Mereka membolehkan campur-baur non-mahram atau ikhtilāth atau free-mixing gender, kemudian mereka bertanya-tanya bagaimana bisa teman terbaiknya telah memperkosanya.

➟ Mereka membolehkan pasangan mereka sendirian dengan temannya (khalwat non-mahram), kemudian mereka bertanya-tanya bagaimana bisa pasangan mereka menipu.

➟ Mereka membolehkan banyak kapitalis mengendalikan segala sumber daya, kemudian mereka heran betapa banyak orang menjadi miskin.

➟ Mereka membolehkan kalian memilih siapa saja sebagai pemimpin mereka, kemudian mereka bertanya-tanya bagaimana bisa yang mereka pilih itu didapati sesat, korupsi dan lain-lain di Gedung Putih atau Parlemen atau tempat yang semisalnya.

➟ Mereka membolehkan wanita hanya dinilai dari penampilannya, lalu mereka bertanya-tanya kenapa wanita diperlakukan seperti sampah, dan lain sebagainya.

Ada banyak hal ditengah-tengah masyarakat yang tidak diberlakukan syarīat Islam didalamnya yang bisa dicegah jika mereka tak membiarkan diri mereka di bawah ‘kebebasan berbicara atau Entertainment‘.

Agama Islām disisi lain itu membolehkan manusia untuk berlaku bebas asalkan tidak membahayakan bagi manusia itu sendiri dan orang lain.

Islām itu diberikan kepada manusia oleh Sang Pencipta kita semua, yakni Allah ‘Azza wa Jalla. Dia tahu betul bagaimana ciptaan-Nya bekerja. Dia juga tahu betul bagaimana otak dan hati manusia bekerja.

Andaikan manusia mempunyai anak kecil di sebuah ruangan dan ada api yang mengekang disana, maka Demokrasi itu diibaratkan seperti orangtua yang memberitahu anaknya ‘Jangan mendekati itu, OK?‘, lalu meninggalkan anak itu berkeliaran kemanapun ia sukai.

Islām disisi lain adalah orangtua yang mengetahui bahwa hanya mengatakan ‘Jangan mendekati api‘ itu TIDAK AKAN CUKUP. Sebab, orangtua itu paham betul bahwa anak ini akan tertarik pada sesuatu yang mencolok, mada dari itu anaknya juga akan tertarik dengan nyala api juga.

Maka orangtua itu tugasnya tidak hanya memadamkan api, baru kemudian membiarkan anak itu bermain di ruangan tersebut.

Islām itu memberantas kejahatan sejak dini, sedangkan Demokrasi membiarkan kejahatan tumbuh subur. Maka, kita sebagai umat Islām memiliki sejarah yang putih dan terang, memiliki hukum dan ideologi yang jelas, bersih dan murni, namun ada yang belum kita miliki yaitu umat yang bangga akan hal itu.

Amat sedikit dari mereka yang bangga dan menerapkan, dan amat banyak dari mereka yang bangga dan tetap memilih Demokrasi, Sekularisme, Liberalisme, Nasionalisme dan lainnya sebagai pola pikir dan jalan hidupnya. Wal iyādzu billāh.. [RMC]

Sumber: Mata-Media

Posting Komentar untuk "Syariat Allah adalah Cahaya, Sedangkan Demokrasi adalah Kegelapan!"