Syubhat Demokrasi: Jika Tidak Ikut Pemilu, Nanti Akan Dikuasai Orang Kafir (Benarkah Demikian?)


Salah satu syubhat (keragu-raguan) yang sering dilantorkan para penyeru dan pendukung Demokrasi kepada kaum Muslimin agar umat Islam ikut serta dalam pesta kesyirikan terbesar di akhir zaman ini adalah:

“Jika kita tidak ikut Pemilu (entah itu istilahnya nyoblos atau nyontreng) untuk memilih Caleg (Calon Legislatif) atau Presiden yang paling sedikit madhorotnya atau yang pro kepada Islam dan ulama, maka nanti negara ini akan dikuasai oleh orang-orang Kafir”.

Jika syubhat (keragu-raguan) ini terlontar dari lisan atau tulisan-tulisan mereka, maka sesungguhnya hal itu berarti, orang yang menyeru dan mendukung Demokrasi telah paham benar, bahwa DALAM SISTEM DEMOKRASI, ORANG KAFIR BISA BERKUASA. Anehnya, mengapa mereka tidak menyerang sistem Demokrasinya dan malah menyerang umat Islam yang berlepas diri atau GOLPUT dari sistem Kufur tersebut?!

Dalam sistem Demokrasi sudah diketahui bersama bahwa siapapun asal terpilih bisa menjadi kepala negara atau anggota legislatif atau dewan (DPR/DPRD), yang mana tugas mereka adalah membuat hukum yang mereka sepakati.

Padahal dalam Islam, sudah sangat jelas sekali dan tidak bisa ditawar-tawar lagi bahwa hak membuat hukum itu adalah hak khusus dan milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hukum yang telah termaktub dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, seperti hukum rajam, potong tangan, dan lainnya sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi dan dikompromikan.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنِ ٱلْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٤٠﴾
“Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Yusuf 12 : 40)

أَفَحُكْمَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ ٱللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ ﴿٥٠﴾
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”. (QS. Al-Maa`idah 5 : 50)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam kitab tafsirnya:

“Orang-orang jahiliyah memutuskan perkara mereka dengan kesesatan dan kebodohan yang mereka buat-buat sendiri oleh pendapat dan keinginan mereka. Dan juga sama dengan hukum yang dipakai oleh bangsa Tartar berupa undang-undang kerajaan yang diambil dari raja mereka, yaitu Jengis Khan; perundang-undangan tersebut dibuat oleh Al-Yasiq untuk mereka…“.

Pada kenyataannya, sekarang ini kita memang sedang dikuasai oleh kaum Kafir, bukan disebabkan karena apa-apa, akan tetapi karena kita telah meninggalkan ajaran Islam dan meninggalkan cara memperjuangkan agama Islam sebagaimana yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad.

Selain itu, umat Islam sekarang ini juga terkena penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ». فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ « بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ». فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

“Hampir saja para umat (yang Kafir) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya, ”Wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,” Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya, ”Apa itu ’wahn?” Rasulullah berkata, ”Cinta dunia dan takut mati”. (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278)

Dalam hadis lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُـمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَيَنْزِعُهُ شَيْئٌ حَتَّى تَرْجِعُواْ إِلَى دِيْنِكُمْ.
“Apabila kalian melakukan jual beli dengan cara ‘inah, berpegang pada ekor sapi, kalian ridha dengan hasil tanaman dan KALIAN MENINGGALKAN JIHAD, maka Allah akan membuat kalian dikuasai oleh kehinaan yang tidak ada sesuatu pun yang mampu mencabut kehinaan tersebut (dari kalian) sampai kalian KEMBALI KEPADA AGAMA KALIAN”. (HR. Abu Dawud dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)

Jika kita beriman kepada Allah Ta’ala dan kepada Rasul-Nya, maka tentu saja kita akan membenarkan setiap kabar yang Rasulullah sampaikan. Sehingga kita paham, bahwa sebab dikuasainya umat Islam pada saat sekarang ini oleh orang Kafir dan kaki tangannya dari kalangan Munafikin dan para Thoghut adalah karena umat Islam meninggalkan ajaran agama Islam.

Sekarang coba berpikir bersama dengan realita yang ada, ketika kelompok Islam di Aljazair, yakni FIS memenangkan Pemilu “YANG SAH” menurut sistem Demokrasi dan Negara Barat Kafir, maka apa yang kemudian terjadi? Mereka diberangus dan para pimpinan dan anggota ditangkap, dipenjara, disiksa, dan bahkan dibunuh.

Lalu lihat pula yang terjadi ketika HAMAS di Palestina juga memenangkan Pemilu dengan cara yang sah. Harusnya HAMAS yang memimpin pemerintahan di Palestina. Tapi Salibis Amerika dan Zionis Yahudi Israel “tidak senang dan setuju”, yang akhirnya kelompok FATAH yang diberikan mandat untuk memimpin Palestina, dan HAMAS tetap di Jalur Gaza.

Sekarang lihat pula Ikhwanul Muslimin (IM) di Mesir yang beberapa tahun lalu juga memenangkan Pemilu dengan cara yang sah. Setelah menang Pemilu, Mohamed Mursi, salah satu pemimpin IM diangkat menjadi Presiden Mesir menggantikan sang diktator dan Fir’aun modern Mesir, yakni Husni Mubarok.

Namun tak berselang lama, Salibis Amerika dan Zionis Yahudi Israel kembali berulah dengan membuat provokasi dan proganda pelengseran Mursi hingga diangkatlah Jenderal Abdel Fath Al-Sisi sebagai Presiden Mesir setelah sebelumnya para pimpinan dan anggota serta pendukung IM ditangkapi dan disiksa serta dibunuhi satu persatu.

Sekarang ini coba lihat realita didalam negeri. Sejak Indonesia merdeka dan sejumlah partai berbau Islam seperti Masyumi, PKS, PPP dan PKB ada ditampuk kekuasaan, mereka pada kenyataannya juga tidak bisa memperjuangkan syariat Islam untuk ditegakkan di muka bumi Indonesia ini.

Ketika Megawati Soekarno Putri sebagai penguasa tertinggi di PDIP menjadi Presiden, partai-partai berbau Islam merapat ke Susilo Bambang Yudoyono (SBY) untuk mendukung SBY menjadi Presiden.

Ketika SBY dan Jusuf Kalla (JK) menang Pemilu dan parpol yang mengklaim sebagai partai Islam itu berada dalam koalisi SBY, faktanya juga tidak ada perubahan yang signifikan didalam negeri ini selama 10 tahun SBY berkuasa dan menjadi Presiden.

Justru yang ada, ulama kharismatik seperti ustadz Abu bakar Ba’asyir dan ulama lainnya serta aktivis Islam ditangkapi dengan tuduhan sebagai teroris. Yang lebih fundamental lagi, tak ada syariat dan hukum-hukum Islam yang ditegakkan secara sempurna atau mendekati sempurna.

Dan sekarang, apakah umat Islam mau dibodohi lagi oleh parpol-parpol tersebut dan juga orang-orang bersorban putih, hijau dan berjenggot panjang dan berpeci putih untuk memilih Prabowo-Sandi (PS) guna menumbangkan Jokowi-Ma’aruf Amin (JKW-MA) yang dianggap sebagai musuh Islam dan memusuhi Islam dan para ulama??

Sebagai orang yang cerdas dan mau melihat sejarah, tentunya umat Islam tidak akan mau dibodohi dan masuk ke lubang yang sama dua kali.

Ada pula yang menyebar syubhat bahwa kita harus ikut memilih untuk menumbangkan rezim yang buruk, anti Islam dan ulama, pro China dan Komunis/PKI (JKW-MA), agar muncul rezim yang lebih baik, yang pro ulama (PS), dan bla bla bla segudang syubhat lainnya.

Padahal hakikatnya, dalam sistem Demokrasi dan Pemilu ini adalah untuk mengganti Thoghut lama dengan Thoghut baru.

Dan apa solusinya? Apakah solusinya adalah kita ikut terjun masuk dalam pesta syirik Demokrasi, yakni Pemilu? Tidak….!!!!

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada umat Islam bahwa solusinya adalah “kembali pada ajaran agama kalian!”. Yakni kembali pada sistem yang diwariskan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Bakar, Umar dan para khalifah sesudahnya radhiyallahu ‘anhum, yaitu sistem Khilafah.

Setelah itu, kembali pada hukum yang diwariskan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seluruh kaum Muslimim yaitu syariat Islam. Apakah Syariah dan Khilafah bisa tegak dengan masuk ke dalam sistem demokrasi?

Mustahil…!!!


Dan hal itu tidak akan pernah terjadi dalam sejarah dan tidak akan terjadi sebagaimana contoh di negara-negara tersebut, namun apakah kita dapat mengambil pelajaran?

Alangkah sayangnya, semangat kaum Muslimin yang ingin Islam tegak diarahkan oleh orang-orang jahil dengan cover Islamis kepada sebuah ritual Demokrasi yang jelas-jelas berujung pada pengangkatan ilaah-ilaah selain Allah.

Oleh karena itu, itulah pentingnya kita memahami tauhid dengan benar, agar kita paham hak-hak Allah dan tidak tertarik sedikitpun dengan hal-hal yang berbau syirik. Jika umat Islam telah memahami tauhid, maka niscaya Demokrasi ini akan dicampakkan, dan memilih hidup mulia di bawah naungan Syariah dan Khilafah.

Kalau salah seorang pemerhati hadits akhir zaman, yakni ustadz Ihsan Tandjung menyebutkan, bahwa sistem Demokrasi ini hanya menunggu waktu untuk masuk ke keranjang sampah sejarah, hingga kemudian nanti digantikan dengan sistem Khilafah dengan Khalifah dan Imam Mahdi sebagai pemimpinnya. Wallahu ‘alam.. [Edt; Abd/Islamic Institue]

Posting Komentar untuk "Syubhat Demokrasi: Jika Tidak Ikut Pemilu, Nanti Akan Dikuasai Orang Kafir (Benarkah Demikian?)"