Inilah Larangan Mengucapkan Selamat Natal, Tahun Baru & Perayaan Orang Kafir Dalam Islam


Assalamu'alaikum. Ada sebagian orang dan kaum Muslimin yang menganggap bahwa mengucapkan selamat Natal, selamat merayakan tahun baru, selamat ulang tahun maupun perayaan-perayaan hari besar orang Kafir lainnya itu tidaklah bermasalah. Bagi orang Kafir hal itu tidaklah menjadi masalah. Namun hal ini menjadi masalah yang besar ketika seorang Muslim mengucapakan selamat terhadap perayaan orang-orang Kafir.

Para pembaca yang dirahmati Allah semuanya, ada juga sebagian orang yang mengklaim dirinya sebagai ustadz, tokoh agama dan ulama bahkan ada yang berpendapat nyeleneh sebagaimana pendapatnya orang-orang Kafir dengan membolehkan mengucapakna hal itu, sebagaimana yang ramai baru-baru ini diucapkan oleh calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 01, Ma’ruf Amin yang juga mantan Ketua Umum (Ketum) MUI Pusat.

Mereka mengucapkan hal itu dengan alasan toleransi dalam beragama. Padahal, toleransi beragama bukanlah seperti kesabaran yang tidak ada batasnya. Namun toleransi beragama dijunjung tinggi oleh syari’at, asal didalamnya tidak terdapat penyelisihan syari’at.

Bentuk toleransi bisa juga bentuknya adalah membiarkan saja mereka berhari raya tanpa turut serta dalam acara mereka, termasuk tidak perlu adanya ucapan selamat.

Islam mengajarkan kemuliaan dan akhlaq terpuji. Tidak hanya perlakuan baik terhadap sesama Muslim, namun juga kepada orang Kafir. Bahkan seorang Muslim dianjurkan berbuat baik kepada orang-orang Kafir, selama orang-orang Kafir tidak memerangi kaum Muslimin. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. (QS. Al-Mumtahanah 60 : 8)

Namun dalil didalam ayat diatas telah dimanfaatkan dan di manipulasi oleh sebagian orang untuk menggeneralisir sikap baik yang harus dilakukan oleh seorang Muslim kepada orang-orang Kafir.

Sebagian orang menganggap bahwa mengucapkan ucapan selamat Natal adalah suatu bentuk perbuatan baik kepada orang-orang Kristen. Padahal, berbuat baik (ihsan) kepada orang Kafir dengan bersikap loyal (wala’) kepada orang Kafir itu harus dibedakan, sebagaimana penjelasan dibawah ini:

1. Perayaan Natal dan Orang Kafir Lainnya Bukanlah Perayaan Kaum Muslimin


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa perayaan bagi kaum Muslimin itu hanya ada dua (2), yaitu hari ‘Idul fitri dan hari ‘Idul Adha. Hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,

َدِمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلأَهْلِ الْمَدِينَةِ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ « قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ يَوْمَيْنِ خَيْراً مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ.

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki 2 hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau berkata : Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya kurban (‘Idul Adha) dan hari raya ‘Idul Fitri”. (HR. Ahmad 3: 178, sanadnya shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim sebagaimana kata Syaikh Syu’aib Al-Arnauth)

Sebagai Muslim yang ta’at, maka cukuplah petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas menjadi sebaik-baik petunjuk dan menyikapi Natal dan perayaan orang Kafir lainnya.

2. Menyetujui Kekufuran Orang-Orang Yang Merayakan Natal


Ketika ketika mengucapkan selamat atas sesuatu, pada hakekatnya kita telah memberikan suatu ucapan penghargaan. Misalnya ucapan selamat kepada teman yang telah lulus dari kuliahnya saat di wisuda.

Nah, begitu juga dengan seorang yang Muslim mengucapkan selamat Natal kepada kaum Nashrani. Seakan-akan orang yang mengucapkannya, menyematkan kalimat setuju akan kekufuran mereka.

Karena mereka menganggap bahwa hari Natal adalah hari kelahiran Tuhan mereka, yaitu Yesus yang oleh kaum Muslimin disebut sebagai Nabi ‘Isa ‘alaihish shalatu wa sallam. Dan mereka menganggap bahwa Nabi ‘Isa adalah Tuhan mereka.

Bukankah hal ini adalah kekufuran yang sangat jelas dan nyata yaa ikhwah? Padahal Allah Ta’ala telah berfirman,

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

Bagimu agamamu, bagiku agamaku.” (QS. Al-Kafirun 109 : 6)

3. Merupakan Sikap Loyal (Wala’) Yang Keliru


Loyal (wala’) tidaklah sama dengan berbuat baik (ihsan). Wala’ memiliki arti loyal, menolong, atau memuliakan orang kita cintai, sehingga apabila kita wala’ terhadap seseorang, akan tumbuh rasa cinta kepada orang tersebut. Oleh karena itu, para kekasih Allah juga disebut dengan auliya’ (wali-wali Allah).

Ketika kita mengucapkan selamat Natal, maka hal itu dapat menumbuhkan rasa cinta kita perlahan-lahan kepada orang Kafir. Mungkin sebagian kita mengingkari, dengan berkata bahwa yang diucapkan hanya sekedar di lisan saja.

Padahal seorang Muslim diperintahkan untuk mengingkari sesembahan-sesembahan orang Kafir, dan hal itu sudah dipraktekkan oleh Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman,

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَاء مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاء أَبَداً حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja”. (QS. Al Mumtahanah 60 : 4)

4. Nabi Melarang Mendahului Ucapan Salam


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ

Janganlah kalian mendahului Yahudi dan Nashara dalam salam (ucapan selamat)”. (HR. Muslim no. 2167).

Dan ucapan selamat Natal, selamat tahun baru dan perayaan orang-orang Kafir lainnya atau perayaan lainnya yang bukan berasal dari Islam termasuk didalam larangan hadits ini.

Terakhir, ketahuilah ayyuhal ikhwah, perkara yang remeh bisa menjadi perkara yang besar jika kita tidak mengetahui dan memahaminya. Oleh karena itu, jika kita belum tahu, maka belajarlah dan ilmuilah dengan sungguh-sungguh perkara tersebut agar engkau selamat di dunia dan akhirat nanti.

Mengucapkan selamat pada suatu perayaan yang bukan berasal dari Islam saja terlarang (semisal ucapan selamat ulang tahun), lalu bagaimana lagi mengucapkan selamat terhadap perayaan orang Kafir seperti ucapan selamat Natal? Maka hal itu tentu saja lebih terlarang lagi. Wallahu ‘alam.. [Edt; Abd/dbs]

Sumber: Mata-Media

Posting Komentar untuk "Inilah Larangan Mengucapkan Selamat Natal, Tahun Baru & Perayaan Orang Kafir Dalam Islam"